Indahnya Harimu
Sungguh satu setengah tahun yang lalu aku hanya tahu nama kamu. Itu pun aku dapat dari obrolan teman-teman di basement. Basement yang setiap hari menemaniku untuk menghabiskan satu gelas kopi dan beberapa puntung rokok. Dan teman-temanku yang bersedia menghirup sisa-sisa asap yang aku keluarkan dari mulut. Bersama mereka itulah hari-hari aku lewati ditemani asa yang bertebaran di angan-angan, oleh hawa kebingungan. Kebingungan akan apa yang harus aku perbuat selanjutnya. Padahal, ingin rasanya aku menyapamu walau hanya satu detik saja durasi yang dilewati. Tapi kebimbangan dan kebingungan selalu hinggap acap kali aku berjalan di depanmu. Jangankan mendekatimu, menyapa saja aku tak berdaya dibelenggu oleh kebisuanku ini. Namun, kebisuanku ini melahirkan suatu kesetiaan yang selalu mengagumimu di setiap harinya. Kagum atas keindahan hari-harimu yang selalu diwarnai keceriaan. Dan kesetiaan itulah yang mengantarkanku untuk bisa mendekatimu perlahan-lahan dengan (masih) tidak berdaya menyapamu. Memperhatikanmu, mengamatimu, dan melihatmu dari kejauhan biasa aku lakukan untuk bisa melihat keindahan harimu. Dan itulah awal di mana aku bisa merangkai kata untuk aku tuangkan ke dalam tulisan hari ini.
Post a Comment