Berbagai Upaya Pagari Kawasan Ekosistem Leuser
Masih seputar Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), sebelumnya saya pernah menulis tentang kawasan ini. Ada yang membuat saya tertarik untuk membicarakan kawasan ini di mana luasnya diperkirakan sekitar ± 2,6 juta hektar. Luas tersebut termasuk ke dalam batas dan markah sebagai taman nasional Gunung Leuser. Sekitar ± 2,25 juta hektar masuk ke dalam wilayah Provinsi Aceh berdasarkan Keputusan Menteri (Kepmen) Kehutanan No.190/KPTS-II/2001 dan sekitar ± 384 ribu hektar masuk ke wilayah Provinsi Sumatra Utara (Sumut) sesuai dengan Kepmen Kehutanan No.10193/KPTS-II/2002.
Image source: http://tfcasumatera.org/leuser-ecosystem-and-leuser-national-park/ |
Luas tersebut terlihat pada gambar peta di atas yang menggambarkan bahwa sekitar ± 2,6 juta hektar ditandai dengan garis bewarna kuning yang membatasi area bewarna hijau (area yang bewarna hijau adalah kawasan hutan). Dan menurut catatan Gerakan Love Leuser, luas tersebut baru sepertiga dari luas Ekosistem Leuser secara keseluruhan. Jika melihat dari peta di atas, saya melihatnya masih banyak area hijau yang berada di luar batas taman nasional Gunung Leuser dan menurut saya keberadaannya bisa dibilang tidak aman. Kenapa tidak aman, karena tidak dilindungi oleh keputusan menteri.
Kekhawatiran serupa juga disampaikan oleh Gerakan Love Leuser melalui keterangan tertulisnya bahwa banyak lahan gambut dikeringkan dan dibakar untuk dijadikan industri perkebunan kelapa sawit. Kekhawatiran tersebut beralasan karena polusi karbon dalam jumlah besar yang disebabkan oleh pembakaran hutan dan lahan gambut sangat berbahaya bagi kesehatan. Bukan hanya persoalan kesehatan, ada hajat hidup jutaan orang dan makhluk hidup di kawasan tersebut juga akan terancam.
Meski demikian, berbagai upaya telah dilakukan oleh beberapa pihak untuk memagari Kawasan Ekosistem Leuser dari ancaman pihak yang tidak bertanggung jawab. Mulai dari komunitas lokal, ahli biologi satwa liar ternama, konservasionis hutan, aktivis hak asasi manusia dan pejuang perubahan iklim mengatakan bahwa sudah waktunya untuk Ekosistem Leuser mendapatkan pengakuan layak yang penting sebagai prioritas konservasi global. Mereka kemudian menggunakan media seni grafis, fotografi, video dan realitas maya yang disebarkan melalui media sosial dan tradisional untuk mengangkat profil dari lanskap Ekosistem Leuser yang unik pada ketenaran, agar para pelaku industri berusaha untuk menghindari risiko reputasi sebagai penyebab kerusakan yang terjadi di Ekosistem Leuser demi mendapatkan keuntungan jangka pendek.
Upaya kampanye juga dilakukan oleh aktor ternama dunia Leonardo DiCaprio. Ekosistem Leuser muncul dalam film dokumenternya yang berjudul "Before the Flood" sebagai daerah yang berfungsi penting untuk melindungi keseimbangan iklim dunia. Film ini kemudian menjadi film dokumenter yang paling banyak ditonton dalam sejarah. Selain dijuluki sebagai ‘ibukota orangutan dunia’, Ekosistem Leuser juga merupakan rumah bagi tiga rawa gambut utama yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan karbon paling kaya di bumi. Hutan-hutan rawa gambut yang basah menangkap sejumlah besar karbon dari atmosfer kita dan menyimpannya dengan aman di bawah tanah.
...bersambung lain waktu...
...bersambung lain waktu...
Semoga upaya yang dilakukan oleh para aktivis lingkungan tersebut berhasil.
Salam lestari.
NB: Kalau mau copas cantumin sumbernya ya gan.
Salam bandwich.
Post a Comment