Mencoba Memahami Semantik
SEMANTIK
Oleh
Contoh :
1. 1. Isaac
Newton terkena bisa ular.
2. 2. Isaac
Newton tidak bisa berbicara bahasa Indonesia.
Dari dua kata tersebut bisa dikaji oleh salah satu cabang linguistik, yaitu Semantik. Apa itu Semantik? Ada apa saja di dalam semantik?
Dari
gambar di atas, kita bisa melihat kata pulpen adalah konsep tentang
pulpen yang tersimpan dalam otak kita dan dilambangkan dengan kata pulpen.
Kata dan lambang pulpen disebut sebagai penanda (signifier), dan
objeknya (pulpen) merupakan petanda.
Sebelum
lebih jauh, mari kita lihat definisi semantik itu sendiri. Semantik berasal
dari bahasa Yunani sema berarti ‘tanda’ atau dari kata verba samaino
‘menandai’, ‘berarti’. (Djajasudarma: 1999: 1). Semantik termasuk bagian dari
mikrolinguistik yang mengkaji makna. Semantik merupakan bidang linguistik yang
mempelajari makna tanda bahasa. (Darmojuwono : 2009 : 114)
Semantics
is the study of the “toolkit” for meaning: knowledge encoded in the vocabulary
of the language and in its patterns for building more elaborate meanings, up to
the level of sentence meanings. (Griffiths : 2006 : 1)
Menurut
Griffiths, semantik ialah suatu pengetahuan tentang makna dalam kosakata bahasa
dan pola membangun makna yang lebih rumit sampai ke tingkat makna kalimat. Semantik
merupakan subsistem yang memelajari makna tanda bahasa yang menggunakan
keterkaitannya dengan tiga hal, yaitu konsep, lambang, dan objek. Dari gambar
di atas kita telah menggambarkan ‘sosok’ pulpen dalam otak, kemudian
kita tulis (lambangkan) gambaran atau bayangan benda atau pulpen itu
melalui tulisan [p-u-l-p-e-n], dan referennya ialah benda [pulpen]
yang (misalnya) kita pegang atau kita lihat saat ini.
Dari
contoh kalimat di atas, kata bisa berbeda makna padahal satu kata dan
sama dalam pengucapan. Contoh kata tersebut akan dijelaskan dalam relasi makna
sebagai berikut.
Homonimi *
Darmojuwono
menjelaskan bahwa homonimi adalah relasi makna antarkata yang ditulis
sama atau dilafalkan sama, tetapi maknanya berbeda’. Ada dua jenis homonimi,
yaitu kata-kata yang ditulis sama tetapi maknanya berbeda disebut homograf,
sedangkan yang dilafalkan sama tetapi berbeda makna disebut homofon. Contohnya
kata bisa yang berarti mampu melakukan sesuatu dan bisa yang
berarti racun.
Polisemi *
Polisemi
berkaitan dengan kata atau frasa yang memiliki beberapa makna yang berhubungan.
Hubungan antarmakna disebut polisemi. Misalnya dalam penyusunan kamus,
kata-kata yang berhomonimi muncul sebagai lema (entri) yang terpisah, sedangkan
kata yang berpolisemi muncul sebagai satu lema namun dengan beberapa
penjelasan. Contohnya kata informasi dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) muncul sebagai satu lema, namun dengan beberapa penjelasan
seperti, (Darmojuwono:2009:117)
In-for-ma-si n 1penerangan
2pemberitahuan; kabar atau berita
tentang sesuatu
3Ling
keseluruhan makna yang menunjang amanat yang terlihat di bagian-bagian amanat
itu.
Dilihat
dari relasi gramatikalnya, ada dua jenis relasi makna, yaitu relasi makna
sintagmatis dan relasi makna paradigmatis. Relasi makna sintagmatis
adalah relasi antarmakna kata dalam satu frasa atau kalimat (hubungan
horizontal). Contoh hubungan makna antara ibu, membeli, dan baju
dalam kalimat Ibu membeli baju. Sedangkan relasi makna paradigmatis
adalah relasi antarmakna kata yang dapat menduduki gatra (lingkungan tertentu
dalam kalimat yang dapat ditempati oleh suatu unsur bahasa) sintaktis yang sama
dan dapat saling menggantikan dalam satu konteks tertentu (hubungan vertikal). Contohnya
Andi membaca buku … (linguistik, bahasa Inggris, bahasa Indonesia, sejarah,
sosiologi,dll) di perpustakaan.
Sinonimi
dan
Antonimi *
Sinonimi
adalah relasi makna antarkata (frasa atau kalimat) yang maknanya sama atau
mirip. Sinonimi mutlak sangat jarang ditemukan pada bahasa manapun, tetapi ada
beberapa hal yang menyebabkan munculnya sinonimi, yaitu karena penilaian rasa
yang berbeda, kondisi sesuatu, dan hubungan. Misalnya makna kata ‘pemberian’
dengan menggunakan kata zakat, sedekah, sumbangan, atau kata rumah
yang bersinonimi dengan gubug, wisma, istana, atau kata pekerja
bersinonimi dengan karyawan, pegawai, buruh, pelayan.
Dalam
menentukan sinonimi, kita dapat melakukan tiga cara. Pertama, metode
substitusi, menggantikan suatu kata dalam konteks tertentu dengan kata lain
makna konteks tidak berubah. Kalimat Andi adalah anak yang pintar akan
mudah dipahami pada saat kata pintar diganti dengan kata pandai atau
cerdas. Kedua, metode pertentangan, mencari pertentangan suatu
kata dengan sejumlah kata sehingga akan membentuk sinonimi. Misalnya kata ‘call’
dalam bahasa Inggris, bertentangan dengan kata ‘answer’ dan ‘reply’.
Sinonimi akan terjadi pada kata ‘answer’ dan ‘reply’. Ketiga,
penentuan konotasi, kata-kata yang memiliki kesamaan makna kognitif dan berbeda
dalam makna emotif. Kata-kata kamar kecil, kakus, jamban, WC, toilet
mengacu pada benda yang sama yang berkonotasi berbeda. (Palmer:1976:63).
Antonimi
atau
oposisi adalah relasi antarkata yang bertentangan atau berkebalikan
maknanya. Ada istilah antonimi digunakan untuk oposisi makna dalam pasangan
leksikal bertaraf, seperti panas dan dingin, antonimi ini disebut
bertaraf karena antara panas dan dingin masih ada kata-kata lain
seperti hangat. Atau kata siang dan malam disebut antonimi
bertaraf karena masih ada kata pagi, petang, sore, dini hari. Ada juga
istilah pasangan leksikal tidak bertaraf yang maknanya bertentangan, disebut oposisi
komplementer, seperti jantan dengan betina.
(Darmijuwono:2009:118)
Hiponimi
dan Hiperonimi *
Hiponimi
adalah relasi makna yang berkaitan dengan peliputan makna spesifik dalam makna
generic, seperti kata mawar dalam makna bunga, makna kucing
dalam makna binatang. Anggrek, mawar, aster, melati dan tulip
berhiponimi dengan bunga, sedangkan kucing, anjing, kambing, ayam, dan
kuda berhiponimi dengan binatang. Bunga merupakan
superordinat (hiperonim) bagi anggrek, mawar, aster, melati, dan tulip,
sedangkan binatang menjadi superordinat bagi kucing, anjing, kambing,
ayam, dan kuda.
Meronimi *
Meronimi
adalah relasi makna yang memiliki kemiripan dengan hiponimi karena relasi
maknanya bersifat hierarkis, namun tidak menyiratkan pelibatan searah, tetapi
merupakan relasi makna bagian dengan keseluruhan. Contohnya atap
bermeronimi dengan rumah.
Makna
Asosiatif dan Afektif *
Makna
asosiatif adalah makna yang dipengaruhi oleh unsure mental,
pengetahuan, dan pengalaman seseorang. Objek makna asosiatif cenderung sama
dengan makna denotatif, sesuai dengan kenyataan. Misalnya kata gubug
bermakna denotatif ‘tempat berteduh di sawah’. Selain itu, gubug
bermakna asosiatif kecil, pedesaan, teduh, dan damai.
Makna
afektif adalah makna yang berhubungan dengan perasaan
seseorang pada saat mendengar atau membaca suatu kata. Ini bisa menjadi positif
dan negatif. Penilaian rasa atas sebuah kata istilah yang termasuk di dalam
konotasi. Kata jujur-bijaksana memiliki nilai yang positif. Sebaliknya,
kata korupsi-egois berkonotasi negatif.
Salah
satu fungsi makna asosiatif dan afektif adalah memunculkan kesan yang mudah
diterima oleh seorang pembaca atau pendengar suatu kalimat yang dimaksudkan
untuk umum, seperti iklan.
Makna
Situatif *
Kata-kata
yang memiliki fungsi deiktis (bersangkutan dengan hal atau fungsi yang menunjuk
sesuatu di luar bahasa), seperti pronominal persona saya, aku, kamu, anda,
pronominal penunjuk ini, itu, nomina yang merupakan keterangan waktu lusa,
kemarin, minggu depan, dan keterangan tempat di sini, di sana, di situ,
makna referensialnya terkait dengan situasi pembiccaraan. Perbedaan makna
referensial ini dan itu atau di sini dan di sana
bergantung pada konteks pembicaraan sehingga kata-kata yang memiliki fungsi
deiktis terikat dengan makna situatif.
Makna
Etimologis *
Makna
etimologis adalah relasi makna yang berkaitan dengan asal-usul kata dan
perubahan makna kata ditinjau dari aspek sejarah kata. Dari perubahan yang
terjadi pada makna kata, seorang ahli bahasa dapat mengetahui perubahan nilai,
norma, sosial-politik, dan ekonomi suatu masyarakat di mana kata itu berasal.
Di dalam makna etimologis, terdapat empat makna yang umum dipelajari pada
tingkat permulaan bahasa, yaitu makna meluas, menyempit, positif (ameliorasi),
dan negatif (peyorasi). Dua makna terakhir telah dijelaskan pada makna
konotasi.
Makna
luas yaitu suatu kata yang maknanya lebih luas dan bersifat umum. Makna luas
bisa muncul dari kata yang bermakna sempit. Adapun makna sempit yaitu makna
yang lebih sempit dari keseluruhan ujaran. Gagasan umum lebih sering
menggunakan makna luas, sedangkan ide-ide khusus atau ide-ide luas yang
memiliki unsur pembatas banyak bermakna sempit. Dengan kata lain, makna sempit
disebabkan oleh adanya pembatasan pada makna umum. Misalnya pada kata saudara
menjadi saudara kandung, saudara tiri, sepupu, teman, kenalan. Kata alas
menjadi alas kaki, alas tidur, kata seni menjadi seni musik,
seni tari, seni lukis, dan sebagainya.
(*) Diambil dari Semantik dalam Pesona Bahasa; Langkah Awal Memahami Linguistik oleh Setiawati Darmojuwono. 2009. Gramedia Pustaka Utama.
Sumber
bacaan
Darmojuwono, Setiawati. 2009. Semantik
dalam Pesona Bahasa; Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
Palmer, F.R. 1976. Semantics ; A New
Outline. Cambridge: Cambridge University Press
Griffiths, Patrick. 2006. An
Introduction to English Semantics and Pragmatics. Edinburgh: Edinburgh University
Press
Kridalaksana, Harimurti. 2009. Kamus
Linguistik Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Djajasudarma, T. Fatimah. 1999. Semantik
1: Pengantar ke Arah Ilmu Semantik. Bandung: Refika
Post a Comment